Minggu, 06 Maret 2016

adat dan budaya Aceh preh linto dan dara baro



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Seumapa adalah sebuah ritual adat perkawinan di Aceh, terutama pada saat “Intat Linto” atau lebih dikenal menghantar pengantin laki-laki. Dilihat dari istilah kata-kata Seumapa, dapat dipastikan bahwa kata-kata tersebut  berasal dari pemahaman “sapa-menyapa”. Oleh karena itu, Seumapa sebagai salah satu acara, pada upacara adat Intat Linto, adalah saling memberi salam, dan bertukar informasi, antara kedua pihak.
Menurut penjelasan salah seorang tetua adat, kedua pihak terlibat dalam kegiatan itu, yaitu pihak Linto Baro atau  rombongan pengantin laki-laki, dan pihak Dara Baro  atau rombongan pengantin perempuan. Dilengkapi dengan Ureung Preh Linto Baro, ialah orang yang menunggu pengantin laki-laki. Selanjutnya, ketua rombongan masing-masing, akan saling mengutarakan sapa menyapa dalam bait-bait pantun dengan bahasa yang indah-indah dan santun. Kegiatan berlangsung di depan rumah Dara Baro  atau pihak pengantin perempuan.
Hal ini merupakan kebiasaan orang Aceh yang bila datang ke sebuah rumah atau suatu tempat, selalu penuh dengan sopan santun dan memuliakan masyarakat setempat. Begitu pula sebaliknya sebagai orang yang punya tempat, akan menyambut baik bila didatangi dan dikunjungi oleh tamu, sepanjang tamu tersebut datang dengan penuh sopan santun pula.
Saat ini acara Seumapa pada upacara Intat Linto atau Preh Linto sudah sangat jarang ditemukan. Hal ini disebabkan generasi sekarang sudah kurang menaruh perhatian terhadap adat dan budaya warisan leluhur. Disamping itu kader-kader yang mampu dalam seni Seumapa sudah sangat langka. Memang pada beberapa daerah masih ditemui satu atau dua orang yang mampu dan cukup lihai dalam Seumapa, tapi rata-rata mereka sudah berusia cukup tua. Tidak pernah terlahir lagi kader-kader Seumapa dari generasi muda.
Untuk mengatasi kelangkaan itu, maka dilakukan rekruitmen bagi generasi mudanya. Dalam acara rekruitmen pelatihan “Narit Maja/Seumapa” angkatan I & II se-Kota Langsa, baru-baru ini, Kepala Sekretariat Majelis Adat Aceh Provinsi Aceh Drs Yusri Yusuf mengatakan, melalui pelatihan rekruitmen pembacaan Narit Maja/Seumapa diharapkan, masyarakat Aceh mau melakukan kegiatan adat serta melestarikannya. Menurutnya, apabila hal demikian dibiarkan tanpa kepedulian, sungguh sangat disayangkan, adat Seumapa ini, pada suatu saat akan punah dan lenyap sama sekali.
Generasi kedepan tidak tahu lagi, tidak mengerti dan tidak pernah menyaksikan apa dan bagaimana sebenarnya Seumapa pada sebuah perhelatan perkawinan dalam adat Aceh terutama pada kegiatan Intat Linto. Padahal kalau dilihat dari segi filosofi dan makna yang terkandung dalam acara tersebut sangat baik dan menarik, penuh dengan nasihat dan dakwah, serta mengandung nilai seni sebagai sebuah hiburan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pelestariannya dirasakan sudah mendesak.


B.        Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari cah rauh, jak melakee ( patentee ), me ranup ( bawa tanda), dan pernikahan dalam adat perkawinan di Aceh. 
2.         Bagaimana tata cara preh linto dalam adat perkawinan di Aceh
3.         Bagai mana tata cara intat dara baro dalam adat perkawinan di Aceh


C.       Tujuan Penulisan
·            Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
·            Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·            Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
·            Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
·            Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.


D.        Mamfaat penulisan      

·            Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
·            Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
·            Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
·            Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
·            Memperoleh kepuasan intelektual;
·            Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
·            Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya







                                                         


BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Cah Rauh, Jak Melakee ( Patentee ), Me Ranup ( Bawa Tanda), Dan Pernikahan Dalam Adat Perkawinan Di Aceh. 
1.      Cah Rauh
Cah Rauh merupakan tahap awal perkenalan orang tua/ keluarga antar kedua belah pihak. Dalam adat Perkawinan Aceh Utara, Cah Rauh dilakukan oleh kerabat atau orang yang dipercaya oleh keluarga calon Linto Baro yang disebut juga Seulangkee. Saat berkunjung ke rumah calon Dara Baro, Seulangkee membawa bungong jaroe seperti gula, teh, kopi, susu, roti kaleng. Beberapa hal yang dibicarakan dan dipertanyakan  oleh Seulangkee pada proses ini adalah :
·            Menjelaskan mengenai maksud kedatangan Seulangkee;
·            Apakah calon Dara Baro masih single (belum menerima pinangan seseorang);
·              Apakah calon Dara Baro bersedia dipinang oleh calon Linto Baro.

2.      Jak Meulakee (Jak Peuteunte)
Setelah prosesi adat Cah Rauh dilakukan, langkah selanjutnya adalah Jak Meulakee.  Jak Meulakee  ini dilakukan oleh Seulangkee, Ayah Linto Baro dan Ureung Tuha Gampong. Hal yang dibicarakan dalam proses ini adalah :
·               Menentukan berapa jumlah jeulamee;
·                Kapan akan dilakukan proses Mee Ranub (Ba Tanda) ;
·               Berapa jumlah rombongan mee ranub.
Bungong jaroe seperti gula, teh, kopi, susu, roti kaleng (sama seperti saat Cah Rauh) menjadikan kedatangan rombongan Jak Meulakee lebih bersahaja.

3.       Mee Ranub (Ba Tanda)
Rombongan Mee ranub terdiri dari anggota keluarga, Wali pihak Linto Baro, Ureung Tuha Gampong dan Seulangkee. Dalam proses ini, ditentukan lebih lanjut mengenai rencana pernikahan (penentuan tanggal pernikahan atau penentuan lamanya tenggang waktu).  Jika waktu menikah ditentukan bersamaan dengan waktunya preh linto, maka dalam prosesi Mee Ranub ini juga ditentukan berapa jumlah rombongan yang akan Intat Linto nanti. Daftar barang bawaan yang wajib dalam adat ini adalah : 
·            Ranub batee
·            Emas (cincin tunangan), diletakkan dalam bate yang dialasi dengan lima macam bibit seperti bibit labu ie, labu tanoh, bibit pik, reuteuk, , kunyit, dll (bibit tanaman, lebih diutamakan tumbuhan yang menjalar). Hal ini mengisyaratkan bahwa proses Mee Ranub adalah tahap awal dimulainya proses perkenalan anak manusia yang diibaratkan seperti bibit tanaman yang nantinya akan hidup, tumbuh dan berkembang biak melahirkan generasi demi generasi yang berkelanjutan. Cincin tunangan yang dibawa tersebut, ada yang diberikan sebagai hadiah atau disesuaikan dengan jumlah keseluruhan jeulame.
·            Kue dalam dalong seperti dodoi, meuseukat, wajek, keukarah, bhoi, dll (sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga dan kepantasan).
·            Ija bajee sigoe treun yang diletakkan dalam talam yang berisi gula, kopi, susu, roti kaleng, limun/fanta/dll dengan disekelilingnya disusun bungkusan ranup sebanyak 21 bungkus. Ranup bungkus ini kemudian akan diserahkan kepada para wali Dara Baro, Geuchik, Imum dan Ureung Tuha Gampong sebagai pemberitahuan bahwa anak perempuannya sudah memiliki calon Linto Baro.

4.          Pernikahan
Pernikahan ada yang dilakukan di mesjid, Kantor KUA dan dirumah Dara Baro. Jika dilakukan dirumah Dara Baro maka sebelumnya telah dikomunikasikan antara kedua belah pihak tentang jumlah rombongan Linto Baro yang akan hadir pada acara pernikahan tersebut. Ruang pernikahan didekorasi lebih sederhana dengan menggunakan ija tabeng, kasur, sprei kasab, dalong bu leukat dan dalong on seunijuk serta tikar tempat duduk rombongan jak peungen Linto. Pada tahapan ini, rombongan juga membawa beberapa perlengkapan seperti :
·            Ranub bate;
·            Emas (mahar/sisa mahar) yang ditempatkan dalam batee dengan dibungkus kain kuning;
·             Talam yang di isi dengan gula, kopi, susu, roti kaleng, limun/fanta/dll.
·            Kue dalam dalong seperti dodoi, meuseukat, wajek, keukarah, bhoi, dll (sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga dan kepantasan).
·            Ija bajee sigoe treun (ija krong, ija baje, ija sawak, silop)

(Kira-kira 3 (tiga) hari sebelum dilakukannya acara preh linto di rumah Dara Baro, Utusan dari pihak Linto Baro akan mengirimkan keperluan seperti beras dan uang (menurut kemampuan ekonomi dan kepantasan) serta on gaca. Adat ini dikenal dengan intat ranub gaca). On gaca tersebut, sebagian dihaluskan dan sebagian lagi disiangi dengan dibuang tulang daunnya. On gaca halus kemudian dibungkus dengan daun birah dan on gaca yang telah disiangi dibungkus dengan on teulayu. (daun pisang).


B.        Preh linto baro
1.      Acara Preh Linto Baro  adalah pesta peresmian dirumah orang tua Dara Baro. Setibanya Linto Baro dirumah orang tua Dara Baro, maka Seumapa yang merupakan salam pembuka atas kedatangan rombongan Linto akan dimulai. Kedua belah pihak biasanya telah menyiapkan orang yang memiliki keahlian dalam bidang Seumapa  

2.      Setelah Seumapa disudahi maka petugas yang telah ditunjuk dari kedua belah pihak akan melakukan tuka batee dan tuka payong. Hal ini menandakan bahwa rombongan Linto Baro telah diterima oleh pihak Dara Baro.

3.      Acara kemudian dilanjutkan dengan tari Ranup Lampuan untuk menyambut kedatangan rombongan Linto Baro. Selesai tari Ranup Lampuan, maka Linto akan dituntun menuju pintu depan rumah orang tua Dara Baro (disini, keluarga Dara Baro dan Dara Baro telah menunggu didepan pintu).

4.      Begitu Linto Baro sampai, maka keluarga dari pihak Dara Baro akan  geupeubreuh padee Linto Baro. Selanjutnya Ibu Peuganjo akan mencuci kaki Linto Baro.. Setelah itu Linto akan dibawa kepelaminan untuk disandingkan dengan Darabaro dan dipeusijuk oleh Ibu Imum  (Peutua Adat Perempuan). Peusijuk oleh Ibu Imum  ini menandakan bahwa Linto Baro telah diterima sebagai warga baru di desa tersebut. Sementara Linto dan Dara Baro dipeusijuk, tamu besan dipersilahkan dan diatur untuk menempati ruang hidangan besan. Jumlah tamu besan disesuaikan dengan luasnya ruangan, biasanya ±20 orang. (Hidangan untuk tamu besan merupakan hidangan khusus dan sedikit berbeda dengan hidangan tamu diluar).

5.      Setelah tamu besan, Linto dan Dara Baro selesai menyantap hidangan, lalu Ranup Sigapu dan Narit Sinambot  yang merupakan suatu prosesi adat serah terima Linto Baro dan serah terima seserahan dari pihak Linto kepada Dara Baro pun dilakukan. Ranup Sigapu dan Narit Sinambot ini biasanya dilakukan oleh ureung tuha/orang yang dipercayakan dari kedua belah pihak yang ahli dibidang ini.

6.      Selesai Ranup Sigapu dan Narit Sinambot, lalu Linto Baro akan dipeusijuk oleh keluarga Dara Baro (saudara Mamak dan saudara Ayah Dara Baro) dalam jumlah gasal yang telah ditentukan.

7.      Prosesi selanjutnya adalah Peutujoh, yang dilakukan dalam adat ini adalah peuturi besan (seumah tuan) dari pihak Dara Baro kepada Linto Baro. Saat menyalami Linto Baro, keluarga dari Dara Baro telah siap dengan aso jaroe (salam tempel). Khusus ibu Dara Baro, saat perkenalan tersebut telah mempersiapkan ija sinalen (kain sarung atau pakaian) dan emas (biasanya cincin 1 mayam) untuk diberikan kepada Linto Baro.
Dalam Acara Preh Linto, selain adat-adat sebagaimana yang telah disebutkan diatas, juga terdapat  Adat pula u yaitu adat menanam kelapa bertunas (u timoh) yang telah dibawa oleh Linto Baro. Dahulu, adat pula u ini dilakukan di pagi hari pada keesokan harinya, namun seiring perkembangan zaman dengan mengingat kesibukan keluarga dan perubahan pola hidup dalam masyarakat saat ini maka adat pula u dilakukan juga pada hari preh linto.
Dalam acara Intat Linto, rombongan Intat Linto telah mempersiapkan seserahan dan barang-barang yang akan diberikan kepada Dara Baro berupa :
1.         U Timoh, yaitu kelapa yang telah bertunas (biasanya 2 lembar) sebagai perlambang bahwa hari ini adalah titik awal membina bahtera keluarga dan diharapkan dapat tumbuh laksana tumbuhnya pohon kelapa dimana setiap bagiannya memiliki manfaat dan tidak ada yang sis-sia.

2.         Peuleuman si aso, isinya yaitu padee leukat (padi ketan), tarok labu dan tarok ranub (tunas labu dan tunas sirih). Diletakkan dalam peuleuman (seperti mangkok keramik), nantinya peuleuman ini akan diletakkan dibawah tempat tidur kamar pengantin. Perlambangan dari hal ini adalah bahwa hidup berkeluarga itu dimulai pelan-pelan, dia akan terus tumbuh dan mengakar dalam masyarakat maka jadilah seperti labu atau sirih yang dapat beradaptasi dalam setiap kondisi dan tetap menonjol meskipun dalam semak belukar.

3.         Pakaian, peralatan ibadah, kosmetik, sandal/sepatu, peralatan mandi, pakaian dalam, dll.

4.         Peurakan, yaitu rumoh adat Aceh yang berisi didalamnya limun, gula, susu, teh, kopi, sabun cuci (untuk cuci piring kenduri), makanann ringan. Barang-barang ini biasanya dibagikan kepada geuchik, imum, ureung tuha gampong dan anak-anak sebagai pertanda persahabatan dari pihak Linto.

5.         U teulason, yaitu kelapa yang tidak muda dan tidak tua yang dikupas tapi masih tetap memiliki sebagian kulit. Kelapa ini dimaksudkan untuk bahan memasak dirumah Dara Baro, pada keesokan harinya saat berbenah selesai acara Preh Linto. Biasanya untuk bahan memasak kuah leumak.

6.         Pisang meuteundon, yaitu pisang bertandan. Dahulu, pisang yang dibawa adalah pisang klat barat (pisang raja). Kegunaannya sama seperti u teulason. Pisang ini dapat dijadikan makanan/snack (pisang goreng, leughok, dll) saat mereka bekerja.

7.         Teubee Meu’on, yaitu tebu yang memiliki daun. Tebu ini akan dibagikan kepada anak-anak yang ibunya turut serta dalam  membantu benah-benah di rumah Dara Baro agar mereka tidak mengganggu pekerjaan ibunya.

C.           Intat Dara Baro
1.            Intat Dara Barao Yaitu proses adat mengantar Dara Baro ke rumah Linto baro. Biasanya dilakukan berselang 1 (satu) hari sesudah acara Preh Linto Baro. Dalam adat ini terdapat beberapa perlengkapan yang dibawa oleh rombongan Dara Baro kepada keluarga Linto Baro yaitu :
·            Ranup bate
·            Kue dalam dalong seperti dodoi, meuseukat, wajek, keukarah, bhoi, dll (sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga dan kepantasan). Lebih bagus sebanyak-banyaknya.

2.            Sebelum Dara Baro dibawa masuk kedalam rumah orang tua Linto, terlebih dahulu Dara Baro akan didudukkan dikursi yang diletakkan didepan pintu rumah orang tua Linto untuk geupeubreuh padee oleh Peutua Adat Perempuan setempat dan dicuci kakinya oleh ibu Peuganjoo (pendamping/yang mengurusi Dara Baro).

3.            Lalu Dara Baro akan geupeugapit ie dalam serahi yaitu adat menggendong air yang diletakkan dalam suatu wadah berbentuk botol. Kemudian bersalaman dan menyerahkan botol serahi tersebut kepada Mak Tuan (Ibu Mertua). Sambil dituntun oleh Mak Tuan, Dara Baro menuju pelaminan.

4.            Di atas pelaminan, Dara Baro dipeusijuk oleh keluarga Linto Baro (Saudara dari Bapak dan Saudara dari Mamak Linto Baro). Lalu Linto, Dara Baro dan rombongan tamu besan dipersilahkan untuk menyantap hidangan besan.

5.            Peulhuek eumpang breuh, menjadi prosesi adat selanjutnya. Oleh Peutua Adat Perempuan dipihak Linto Baro, tangan Dara Baro diambil dan dimasukkan kedalam empang breuh (eumpang gampet yang didalamnya berisi beras, diatas beras diletakkan gelas yang didalamnya berisi garam dan telur dibagian paling atas) sambil diberi pesan “nyoe pat hai aneuk, breuh mangat ta tagun, ta bri keu Tuan teuh, keu Lako baro ta pajoh keudroe

6.            Kemudian Mamak Linto akan menyerakankan gelas, piring, sendok, mangkok dan kobokan kepada Dara Baro sebagai peralatan makan Linto nantinya. Sambil diserahkannya peralatan tersebut oleh Ibu Linto, ibu Peuganjoo berkata “nyoe pat hai aneuk, cawan ngen pingan keu gata, nyang lhok tab oh kuah yang deu taboh sira

7.            Sama seperti pada adat Preh Linto, pada acara Preh Dara Baro juga terdapat adat Seumah Tuan, disini Mak Tuan juga geumeubri, biasanya cincin emas atau bros emas. Setelah itu Dara Baro akan diperkenalkan kepada seluruh keluarga Linto Baro sambil bersalam-salaman (salam tempel).
DAFTAR PUSTAKA

http://obyektif.com/seni_budaya/view/2012/09/25/seumapa_tradisi_adat_aceh_yang_nyaris_punah___
http://www.acehutara.go.id/berita-pelaksanaan-adat-perkawinan-aceh-utara.html